Cerita Pendek




Chapter 1:
Kutukan Cinta Siti
 Hidup memang penuh misteri
Kita enggakan tau kapan terakhir kita bisa tersenyum di depan temen-temen kita atau di depan keluarga kita, sama halnya cinta. Kita tidak  tau kepada siapa kita harus jatuh cinta sebelum kita dekat terhadap siapa orang yang kita temu. Dan juga termasuk siapa orang yang bener-bener cinta kepada kita sampai dalam.
Waktu aku ngetik tulisan ini di kantin kampus.
“Ikmal, kamu kok masih ngejomblo juga sih” Tiba-tiba sesosok makhluk berambut muncul di balik jendela kantin. Dodi, temen sekampus.
“Ah kamu Do, becanda enggak lucu”
“Yak, gitu aja kok marah”Dodi coba menghibur.
“Aku bukanya marah...Tapi aneh, tiap kali kita ketemu, kamu selalu bilang jomloh lah, enggak laku-laku lah, emang cinta itu harus  memiliki...?”
“Cinta itu harus memiliki Mal, kalo kamu enggak cinta maka kamu belum memiliki yang namanya cinta, atau jangan-jangan kamu emang punya penyakit susah buat jatuh cinta” kata Dodi yang mulai sotoynya.
“Do, bukanya aku enggak punya perasaan, ataupun cinta, kurang apa coba, aku sering banget deket sama cewek yang aku suka, terus mereka menghilang begitu saja, aku merasa kayak ada yang aneh dengan sikap semua cewek kalo deket sama aku”
“Emmm,  kalo aku pikir-pikir ya Mal, ada keanehan sikap kamu terhadap semua cewek yang kamu deketin, mungkin ini balesan buat orang yang dulu pernah nyakitin perasaan seseorang cewek”
“Maksud kamu apa coba, mana pernah aku nyakitin hati seseorang cewek, kapan?”
“Kamu masih inget sama Siti, yang dulu sempet suka sama kamu, Cuma sayangnya kamu enggak suka sama dia”
“Hah, Siti. Siti itukan cewek jelek yang punya tompel di jidatnya, lalu bajunya yang enggak pernah di cuci sebulan, baru inget aku”
“Oh ya, tau nggak kamu sekarang Siti ada di mana?” tanya Dodi.
“Mana aku tau lah”. kataku datar
“Sebenernya kemaren aku ketemu sama siti, terus kelihatannya siti sekarang sudah banyak berubah”
“Ah masak, berubah apanya?”
“Sekarang siti lebih cantik dan jauh apa yang kamu bayangin”
“Cantik gimana, ah aku enggak percaya dengan omongan kamu”
“Ya sudah kalo kamu enggak percaya”.
Si Dodi tetep ngeyakinin aku soal Sesosok makhluk yang bernama siti ini, kembali kezaman waktu aku kelas 5 SD, waktu itu aku sempet di taksir sama seseorang cewek yang menurutku belum masuk tipikal cewek yang aku suka. Soalnya tuh cewek kayak enggak mandi sebulan, kalau kesekolah makai kaus kaki kedodoran sebelah, ingus masih tetep standby di dasi yang bergelantungan dileher, dengan kunciran rambut mirip tanduk rusa dan juga ciri khas tompelnya yang nyangkut dijidatnya yang jenong itu.
Ngomongin soal tu cewek, memang tu cewek kayaknya naksir berat sama aku, hampir tiap hari dia ngasih surat ke aku yang tulisanya hanya berisikan pantun-pantun yang enggak jelas. Jujur aku enggak suka dan juga enggak cinta sama siti. Memang sangat jahat banget aku pada waktu itu. Tiap kali siti ngasi surat ke aku, aku segera lari ke toilet Cuma buat masukin tu surat ke lobang wc. Sungguh kejam memang, gimana lagi. Namanya juga enggak cinta.
Sudah hampir dua tahun tu cewek ngejar-ngejar aku, yak gimana lagi namanya enggak cinta. Sangking cintanya siti, coba nembak dengan cara agresifnya seekor singa jantan. Yang namanya anak SD pasti beda cara nembaknya, yaitu pakei ketapel, yang isinya batu di tulis I LOVE U. Haha gembel.
Sepulang dari kampus.
Tiba-tiba Dodi nelpon dari negeri anta brantah sana.
“ Halo” Kata dodi yang diseberang sana.
“Ya, halo...” jawabku kalem.
“Ikmal, kamu lagi ada dimana sekarang?” tanya Dodi mendadak.
“Aku lagi dirumah,  emang kenapa?”
“Ikmal, kamu kerumah aku ya, aku mau ngajak kamu ketempatnya siti sekarang”
“What, mau ngapain...?”tanyaku ke dodi sentak.
“Aku mau buktikan kekamu soal siti sekarang..”
“....Ya...oke-oke, aku kesana sekarang”
“ya. aku tungg.....” suara dodi terputus, artinya dodi sudah mematikan hapenya, atau bisa jadi pulsanya habis.
Sesampainya di rumah dodi, dodi segera beranjak dari tempatnya dan dia naik kesepeda motorku yang mulai rapuh dengan kapasitas berat badanya dodi yang hampir sama dengan ukuran tabung gas elpiji ukuran 12 kg.
Beberapa menit kemudian sampailah kami di tempat tujuan kami datengi. Sebuah toko bunga yang nyempil diantara dua toko bangunan. Memang aneh dan enggak sinkron. Dan di toko bunga itu tempat siti bekerja sebagai seorang kasir.
Motor kami parkirkan tepat di depan sebuah jendela ukuran besar dengan di tutupi sebuah kaca yang tembus pandang dan terlihat dari sana seorang perempuan yang berwajah oriental, plus dengan rona bibir nya yang berwarna merah muda.
“Akhirnya, sampai juga” kata dodi girang
“Disini tempatnya?”tanyaku
“Ya, kita langsung masuk oke” ajak dodi
“ya... oke”
Kami segera masuk ketoko bunga, dan jeger. Akhirnya disinilah saya berada di depan sebuah pintu yang terbuka lebar,  tertatap wajah seorang gadis perawan yang sangat cantiknya, dan juga manis, yang mungkin bisa ngalahin manisnya rasa madu lebah hutan. Yap itu lah siti yang selama ini kami bicarakan.
Dengan perasaan grogi dan sedikit ngenest, aku coba buat beraniin diri untuk deketin siti yang ada di balik meja kasir tersebut, dalam jarak sepuluh meter jantungku mulai berdegup kencang, seolah tubuhku yang kering kerontang ini enggak mampu lagi buat di gerakin.
Kembali fokus ke siti, waktu udah deket sama siti. Akhirnya aku bisa ngomong, walaupun apa yang aku omongin ini sekilas terdengar kayak orang yang lagi baca mantra. Dan setelah beberapa saat bincang-bincang dengan siti, akhirnya aku bisa dapatin nomornya siti dengan rasa girangnya.
Gara-gara kemarin ketemu sama siti, apa yang namanya jatuh cinta kini melanda pikiranku serta kehidupanku. Aku jadi sesosok makhluk yang diibaratkan sama tahu mungkin sama, sama-sama lembek dan mudah hancur, jadi galau, tiap kali mau makan jadi enggak nafsu makan kepikiran dengan yang namanya siti. ya, siti. Orang yang dulu sempet suka sama aku, dan kini kebalikan dari semua itu, aku yang harus suka sama siti dan harus aku perjuangkan untuk dapetin cinta siti walaupun aku enggak tau siti bakalan ngasih harapan itu ke aku yang penuh dengan penyesalan.
Malem kamis, sekitar jam 8 lebih 24 menit. Aku coba nelpon Dodi, buat nyeritaan tentang perasaanku yang mulai galau mikirin siti.
“Halo” Kataku.
“Ya hallo..” jawab dodi dengan suara agak lembam, kayak orang yang belum pernah makan sebulan.
“Dodi, aku mau ngomong sama kamu” kataku kedodi.
“Ya, inikan sudah ngomong, mau ngomong apaan.....?”
“Aku mau bilang kalo aku kayaknya suka sama siti” kataku langsung.
“._.” dodi Cuma diem.
“Do, Dodi...kamu kok diem..” kataku kedodi yang enggak jawab telponku.
“Hahaha..haha...ikmal2” tiba-tiba dodi Cuma ketawa girang enggak karuan.
“Do, kamu gila ya!”
“Siapa yang gila, aku Cuma aneh sama kamu, kamu kok enggak biasanya ngomongin soal cewek sekarang sama aku, biasanyakan kamu orangnya enggak mau bilang ke aku soal tu cewek”
“Do, aku tu serius... “ kataku ke dodi penuh pengharapan trust me.
“Oke’ jadi gimana?”tanya dodi.
“Jadi...tolong bantu aku gimana caranya aku bisa dapetin cintanya siti kembali. .”
“Wah itu gampang, caranya kamu coba pedekate dulu sama siti, kamu punya nomor handphone nya sitikan, coba kamu sms apa telpon-telpon aja dulu” kata dodi dengan bijaknya, sebagai malaikat penyelamat.
“Oh gitu ya” kataku simple.
“Iya la Mal, coba aja dulu....dan kelihatanya siti itu mungkin sekarang belum punya pacar, dan ini bisa jadi kesempatan terbaik kamu, buat dapetin siti”
‘Jadi ini kesempatan aku buat dapetin siti, dan aku harus memperjuangkan cintanya siti’ kataku dalem hati. Segera aku coba buat nelpon siti, walaupun agak takut, takut enggak di angkat, takut enggak di anggap. Banyak hal pikiran negatif bermunculan saat aku mulai menekan beberapa digit  nomornya siti. Akhirnya tanpa keraguan aku coba nelpon siti.
“Hallo” kataku dengan agak gerogi dan ditambah dengan persaan yang mulai panas dingin, mungkin ini efek dari perasaanku yang sangking sukanya sama siti.
“iya, halo” terdengar suara perempuan yang calm, yang akhirnya aku jadi terperosok kedalam lubang yang dalem.
“Halo siti, masih inget sama aku enggak?” tanyaku ke siti dengan nada suara rendah.
“Ini siapa ya?” tanya siti
“Aku ikmal, temen Sd kamu dulu..”
“Oh ikmal, ya aku masih inget kok”
“Siti sekarang lagi ngapain?”aku coba  basabasi.
“Oh ini aku lagi denger musik aja mas” jawab siti hening.
“Siti, sebenernya ada yang mau aku omongin sama kamu..” kataku kesiti mendadak.
“Mau ngomongin apa mas?”tanya siti
“Jadi gini, sebenernya aku mau ngajak kamu ketemuan besok sore, kalo kamu mau sih...” kataku ke siti dengan pedenya.
“Emmm... Boleh, tapi habis aku selesai kerja ya mas”
“Bener boleh, emmm.. kalo gitu sampai ketemu besok ya?”
“Iya. Boleh, sama-sama mas” kata siti hening.
Terdengar suara jangkrik dari arah luar rumah. Aku yang mulai bahagia, lantaran aku besok harus ketemuan sama siti. Ceritanya, ada hal yang harus aku ungkapin ke siti, yaitu tentang soal perasaanku selama ini  kesiti.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, sekitar pukul 4 sore, setenga jam lagi toko bunga tempat kerjanya siti tutup, aku gunakan kesempatan ini buat ngajak siti ketemuan di tempat yang sudah aku rencanain sebelumnya. Yaitu taman kota, yang ada danau buatanya yang sering disinggahi para burung bangau, setiap sudut taman kota ditanemi bunga berwarna-warni yang cantik-cantik, mungkin sama cantiknya dengan siti, hayalku sembari nunggu siti di bangku taman yang dibelakangnya sebagai background danau kecil penuh dengan burung-burung bangau juga ada sepasang angsa putih. Ini mungkin moment yang tepat buat aku nembak siti secara langsung, dan secara empat mata. Romantism moment.
Setelah hampir setenga jam aku nungguin sigadis pujaan. Akhirnya siti muncul dari jarak sekitar sepuluh meter dari arahku, siti terlihat makin cantik, dengan mengenakan kaus berwarna pink, dengan dibaluti celana jeans berwarna biru, rambutnya yang berwarna hitam lebat sangat mencolokan bola mataku, sehingga aku terbelalak melihat siti, siti memandangiku dengan matanya yang bulat indah, dan menyapaku dengan senyumanya sangat manis, inilah cinta, inilah kehidupan, inilah aku yang harus merasakan cintanya siti.
“Maaf ya mas, aku datengnya agak terlambat...” kata siti dengan raut wajah yang agak di tundukin.
“Oh iya, enggak apa-apa...” kataku kesiti dengan rasa badan gemetar saat natap wajah siti.
“Mas, pemandanganya disini indah ya...” kata siti sambil melihat kearah danau.
“ Iya, indah banget, apa lagi lihatnya sama kamu, jadi tambah indah” aku coba buat akrab sama siti.
“Mas bisa aja” kata siti terlihat malu.
“Oh, iya, sebenernya ada hal yang ingin aku omongin sama kamu” kataku langsung kesiti.
“Mau ngomongin apa mas..?” tanya siti lirih.
“Jadi... sebenernya... AKU...Su.....” kataku sedikit terhenti saat aku mau bilang  kalo aku suka sama siti.
Ini merupakan sekian kalinya aku harus nembak cewek. Dan beberapa pengalaman yang bikin aku kapok buat nembak cewek adalah; ketika harus nerima kenyataan pahit, ditolak dengan cara teragis.
“Sebenernya, aku suka SAMA KAMU” kataku kesiti secara langsung.
“Whahahhaha...hh” siti ketawa ngakak.
Disinilah aku harus kelihatan gembel didepan cewek, dimana aku nembak cewek setelah itu dia ketawa dengan girangnya yang bikin aku jadi kikuk.
“Loh kok ketawa...?” kataku sedikit bingung.
“Maaf mas, mas sebenernya ngomong apaan sih?”
“Aku Cuma bilang kekamu kalo aku suka sama kamu, Semenjak aku ketemu sama kamu aku ngerasa kalo aku jatuh cinta sama kamu, dan aku mau jadi pacar kamu...serius”  kataku kesiti ngarep.
“ Sebelumnya, aku minta maaf ya mas, juga mau bilang terima kasih kalo mas sudah suka dan cinta sama aku, kayaknya kita enggak bisa pacaran deh”
“Hahhh.. Emang kenapa?” tanyaku
“Aku Sudah Punya pacar mas” jawab siti.
Gubrak, ‘Oh tidak’ kataku. Aku harus bengong, malahan kalo bisa aku harus nangis sambil jungkir balik. Akhirnya, disinilah aku yang gembel. Harus nerima dengan lapang dada. Orang yang dulu mengharapkan cintaku, kini telah menolak cinta dariku. Selamat buat kamu siti, akhirnya kamu menang dan aku harus kalah atas kutukan cinta dari kamu.


Chapter 2:
Pelukan Cantik
 Malem itu aku ketemu sama temen SMA dulu, ceritanya pas aku di sebuah kedai kopi deket rumah.
“Hay, kamu Ikmal kan?” Seorang cewek cantik  tiba-tiba ngampirin aku di parkiran.
“Iya, kamu siapa ya?” Tanyaku sambil mikir.
“Loh kamu enggak inget aku ya, aku kan Cantika temen SMA kamu dulu...”
“Ohh...Iya..iya...aku baru inget, maaf ya aku agak pangling aja, soalnya kamu sekarang kelihatan berubah ya”
“Kamu juga, Cuma......dikit sih, kamu tetep segini ya?”
“Maksudnya, tetep segini apa ya?” tanyaku ke Cantika temen SMA dulu dengan perasaan enggak enak.
“Ya...Maaf ya Mal, kamu tetep segini... kamu enggak tinggi-tinggi ya”
“Oh... iya nih, aku enggak tinggi-tinggi soalnya aku dulu pernah kerja sebagai kuli panggul beras” kataku coba jelasin ke Cantika soal ukuran badan aku yang memang harus diperhatiin.
“Haha... kamu lucu Mal” tiba-tiba Cantika ketawa sambil bilang ke aku kalo aku lucu, sebenernya aku sempet emosi pas dia bilang kalo aku pendek, itu fakta. Dan aku coba buat nyabarin hati aja, karena aku takut image aku yang baik akan hilang di depan Cantika.
“Oh gitu ya, Cantika kamu kesini sama siapa? aku coba nanya-nanya cantika agar suasana yang aku hadapi saat ini bisa jadi asyik, dan enggak menegangkan layaknya film horor.
“Aku kesini sendirian Mal, ya biasalah”
“Eh, kamukan cewek, enggak takut kalo ada cowok yang coba buat godain kamu atau gimana, trus kamu naek apa kesini?”
“Aku biasa jalan kesini sendiri Mal nyaman aja, aku juga kesini
sama Sekuterku...”
“Sekuter, sekuter itu bukanya sejenis kendaraan yang beroda dua itukan, kok aku mulai cemburu ya, eh maaf keceplosan”
“Bener Mal, tu dia Mal, di depan sebelah pintu Kedai” Cantika nunjukin jarinya kearah sebuah Sekuter berwarna cream.
“Manis ya” kataku refleks kearah Cantika.
“Aku..?”
“Sekuternya”kataku hening.
Malam itu aku jadi kepikiran sama Cantika, dan aku merasa kalo aku suka sama Cantika. Ya, Cantika, temen SMA dulu, sebenernya aku dulu sempet deket sama dia, kami dulu sering bikin makalah diwarnet bareng, keperpus bareng, sampai akhirnya aku harus dimarahin oleh guru bareng sama dia, gara-gara tugasnya salah. Dia.
Pada akhirnya aku coba buat ketemuan sama cantika, aku ngajak cantika ditempat biasa, di kedai kopi deket rumah. Jadi ceritanya aku mau jemput cantika pake skuter, karena aku enggak punya sekuter, jadi aku pinjem skuter punya Reza, temen sekampus. Kenapa aku mau jemput Cantika pake sekuter. Jadi ini cara aku biar bisa dapetin hatinya Cantika, karena cantika suka sama yang namanya sekuter. Kata cantika sih, dia suka sekuter semenjak dia kulya.
Malem Sabtu, jam 8.15. Aku segera kerumahnya Cantika, pake sekuter warna biru. Biru, aku enggak tau, cantika bakal suka apa enggak ya.
“Aku udah di depan rumah ni” aku coba nelpon cantika pas didepan rumahnya.
“Ya, tunggu bentar” kata cantika, yang mungkin lagi dikamarnya.
Beberapa menit kemudian, cantika muncul dari balik pintu rumahnya yang berwarna kecoklatan.
“Kamu kok cepet banget datengnya? kamu kesini emang pake apa?” tanya cantika mendadak.
“Oh, aku kesini tadi pake sekuter”
“Sekuter, bukanya kamu enggak punya sekuter ya”
“Oh, ya....” tiba-tiba omongan ku keputus.
“Eh masuk rumah dulu ya bentar, terus setelah itu kita berangkat ke kedai” cantika mendadak ngomong.
“Iy..iya”
“Nah... kamu duduk dulu di sofa, aku mau kekamar bentar, ada sesuatu yang mau aku ambil” kata cantika sembari menuju kekamarnya.
Aku segera duduk di sofa yang berwarna abu-abu sembari nunggu Cantika yang lagi dikamar, terlihat sebuah foto terpajang di atas sebuah lemari di samping rak tivi. Foto itu berbingkai berwarna merah campur biru. Di foto itu terlihat Cantika yang lagi senyum dan di sampingnya ada cowok yang make jaket berwarna coklat. Aku berfikir itu mungkin mantanya cantika.
Tak lama kemudian Cantika keluar dari kamarnya, cantika terlihat anggun malam itu.
“Ikmal, ayo kita berangkat” ajak cantika.
“Oke...” aku segera bangun dari sofa, dan aku mengikuti langkah kaki cantika.
Cantika merupakan tipikal perempuan yang muda bergaul dengan temen laki-lakinya, karena cantika sifatnya agak tomboy tapi dia bergaya feminim sebagai mana mestinya seorang gadis. Dan aku ngerasa bahwa cantika kayaknya juga suka sama aku, dan aku berharap cantika bisa ngerasai hal yang sama.
Beberapa saat kemudian, akhirnya kami sampai juga di tempat tujuan kami, di kedai kopi. Malam ini aku mau nunjukin perasaan aku ke cantika.
“Ikmal, kita udah lama ya enggak bareng kayak gini”
“Iya, udah lama, semenjak kita lulus” aku jawab omongan Cantika dengan dikit ketawa garing.
Jadi, setelah kami lulus SMA dulu, kami masuk ke kampus yang berbeda, karna aku ngambil jurusan yang beda dengan Cantika.
Dengan menarik nafas dikit aku langsung bilang ke Cantika.
“Ehmmm....Cantika..kita kan udah lama kenal...Jadi....aku pengen kamu bolehin aku buat jadi pacar kamu...boleh enggak?” kataku ke cantika dengan agak terbatabatah.
“._.” Cantika Cuma bisa diem.
“Ya kalo kamu memang enggak mau ya enggak apa-apa sih...Yang terpenting aku sekarang bisa ngungkapin perasaan aku yang sebenernya kekamu dari kita SMA dulu...”
            Cantika Cuma bisa diem, saat aku ngungkapin perasaan aku kedia, dan aku ngerasa ada yang ia sembunyiin dari aku. Mungkin ada yang ingin dia sampaikan ke aku, tapi kayaknya dia enggak berani.
“Mal, sebenernya...Dari dulu aku nungguin kata-kata itu keluar dari hatikamu, tapi ternyata, kebersamaan kita yang dua tahun itu Cuma berakhir sebatas persahabatan. Dan aku mohon maaf ya Mal, kayaknya enggak bisa, mohon maaf ya Mal.”
“Kenapa?” aku nanya ke cantika.
“Karna..Aku sebentar lagi  mau nikah Mal, Dua bulan lagi. Aku kesini tu sebenernya mau mempersiapin pernikahan aku nanti Mal. Dan sekarang calon suami aku lagi diluar kota buat nyelesain semua kerjaanya buat persiapan kami nikah nanti enggak terganggu” Cantika coba njelasin yang sebenarnya ke aku.
“Ja..jadi.. kamu mau nikah, terus buat apa kamu mau ikut aku kalo kamu mau nikah..kan aku jadi ngerasa bersalah gini....aku enggak tau...” aku bilang ke cantika dengan sedikit ngotot.
“Mal... kamu kan tau.. aku kan temen kamu... wajar dong kalo aku mau ikut kalo diajak kamu...Aku menghargai ajakan kamu Mal...”
“Ya tapikan, kamu kenapa enggak bilang dari awalll....kalo kamu itu mau nikah... jadinyakan aku ngerasa kalo kamu itu naro harapan buat aku...”
“Aku pengen... ngomong itu dari awal...Jadinya aku mikir mungkin lebih baik aku buat surpries  aja... tapi ternyata jadinya begini....”
Dengan hati yang kecewa, dan di tambah rasa malu, aku putuskan coba buat pergi, mungkin kalo bisa pergi sejauh-jauhnya dari hadapan cantika. Malam ini.
“Mal...Aku minta maaf ya, aku mohon kamu jangan marah ya, dan aku bolehkan peluk kamu, buat malem ini aja ya mal, ples...” Cantika memintaku untuk memeluk dia.
Akhirnya di malam yang singkat ini, aku harus merasakan kehangatan pelukan yang diberikan cantika, tanpa ngerasa kebahagiaan cinta cantika, aku mungkin terlihat biasa saat aku memandangi matanya Cantika disaat dia masih memegang erat tubuhku, tanpa dia harus tahu bahwa sebenernya aku sedang bersedih dalam hati. Dan akhirnya I KISS YOU CANTIKA.















Chapter 3:
Boneka Kucing
Dua tahun terakhir ini aku semakin suka sama temen sekampusku, namanya Ineke. Entah kenapa aku jadi suka sama dia, semenjak aku sering neglihat matanya mungkin. Aku berfikir dan ngerasa kayak menemukan sesosok jodoh yang bakalan nemenin hidup aku nanti. Soalnya tiap kali aku selalu ketemu dia, baik itu lagi duduk di kantin, di perpus, ataupun di taman kampus, aku sering banget ketemu dia tanpa disengaja, dan tanpa janjian sebelumnya.
Karena sangking sukanya aku sama Ineke, aku coba cari tahu hal apa yang Ineke suka, buat bisa ngeluluhin hatinya Ineke, karena Ineke orangnya agak jutek tiap kali ketemu aku.
“Lia, aku boleh nanya kekamu enggak?” aku coba nanya ke Alia temen deketnya Ineke di kampus.
“Boleh, emang kamu mau tanya apa mal?” tanya Alia.
“Tapi kamu jangan ketawa ya, soal nya aku mau nanya soal Ineke. Bolehkan?”
“Ya silakan tanya aja, buat apa aku ketawa, emang ada yang lucu ya mal”
“Enggak, jadi gini...Sebenernya, aku tu suka sama Ineke, ini Cuma kamu aja ya yang tau...Kamu kan temen deketnya Inneke... kamu tau enggak, Ineke itu sukanya apa...?” Aku coba tanya ke alia soal Inneke.
“Hah, kamu suka sama Ineke” Alia kaget.
“Iya, emang kenapa?” kataku pede.
“Tapikan Ineke itu enggak suka pacaran apalagi....” Omongan Alia keputus.
“Emang kenapa?” Aku bilang ke Alia mendadak.
“Ya mana mungkin dia mau sama kamu kalo dandanan kamu kaya gitu”
“Maksudnya? emang dandanan ku ada yang salah ya?”
“Jadi gini Mal, kamu kan suka sama Ineke, coba kamu berubah”
“Berubah gimana?”
“Kamu tunjukin ke Ineke bahwa kamu pantes buat dicintainya, biasanya para lelaki sejati yang mengejar cintanya kepada seseorang perempuan, dia akan merubah penampilanya yang dulu cupu menjadi keren, atau merubah gaya bicara layaknya seorang lelaki sejati”
“Tapi gimana caranya?” aku coba tanya ke Alia.
“Kamu coba ganti baju-baju lama kamu dengan model baru, terus gaya sisiran rambut kamu dirubah jadi belah pinggir, gaya bicara kamu terhadap cewek juga harus terlihat tegas agar Ineke terpesona dengan penampilan kamu, dan satu lagi Mal, sebenernya Ineke suka banget sama  yang namanya Boneka kucing”
“Oh... Jadi aku harus berubah ya?”
“Iya Mal”
Akhirnya aku dapet solusi bagaimana caranya aku bisa dapetin hatinya Ineke, semenjak Alia bilang keaku kemaren, aku mulai merubah gaya penampilanku, dari mulai menyisir rambut dengan gaya belah pinggir, soalnya selama ini aku menyisir rambut dengan belah tenga yang mungkin hampir mirip dengan personil Boy Band  tahun 90-an. Dan aku berharap bahwa Ineke bakalan suka sama aku. Dan demi dapetin hatinya Ineke, aku rela pergi ketoko boneka malem-malem, cuma sekedar buat beliin Boneka kucing buat Ineke. Mungkin semua orang yang merasakan yang namanya jatuh cinta pada seseorang dia sukai pasti akan ngelakuin apapun buat orang yang dia cintainya, dan aku barusadar mungkin aku layaknya sebagai lelaki sejati.
Keesokan harinya, Suatu pagi tepat di depan kampus, aku masih nungguin si Ineke, jadi ceritanya  aku mau nembak Ineke pake Boneka Kucing. Walopun aku ngerasa Ineke enggak bakalan nerima.
Beberapa menit kemudian, akhirnya sigadis pujaan muncul juga. Ya, Ineke, Ineke yang pada waktu itu kelihatan banget dari pancaran wajahnya yang sangat bahagia, dan ini mungkin waktu yang tepat buat nembak Ineke. Aku coba buat deketi Ineke yang lagi jalan.
“Ineke, aku pengen ngomong sama kamu” aku bilang ke Ineke dengan sedikit gugup.
“Mau ngomong apaan?” tanya Ineke
Sebenernya, Ineke tipikal cewek yang sedikit jutek tapi baik, buktinya pas aku coba ngomong kedia, dia masih mau jawab. Dan ini sebagai pertanda, bahwa Ineke Bakalan bisa buat aku taklukin.
“Jadi gini Ke’, aku Cuma mau bilang kekamu, kalo aku mau ngasi ini ke kamu” Aku ngasih sebuah kado yang berwarna merah jambu yang didalemnya ada sebuah boneka kucing, lebih tepatnya kucing belang.
“Kado?” Wajah Ineke kelihatan seneng.
“Iy...ya”.
“Kamu ngasih aku kado, kan aku masih lama Ultanya Mal?”
“Tapi kan enggak harus Ulta juga aku ngasih ini, sebenernya Ke’ dari kado ini ada maksud tertentu yang ingin aku bicarain sama kamu, ini mungkin kelihatanya lebay, tapi aku pengen jujur sama kamu ke’. Sebenernya....” Omonganku keputus, aku agak takut buat ngomong ke Ineke.
“._.” Ineke Cuma diem manis manja.
“Jadi sebenernya, aku tuh udah lama ke’ suka sama kamu” aku ngomong ke Ineke tanpa keraguan sedikitpun.
“Kamu Gila ya Mal?” Ineke mendadak ngomong.
“Hah... Gila?Aku waras kok Ke’?”
“Tukan Kamu Gila, kamu aneh tau enggak, Jujur ya Mal aku tu enggak suka sama kamu, apalagi sama boneka yang kamu kasih, NORAK”
“Tapikan, Kata Alia kamu suka sama Boneka Kucing”
“HAHAhaa... Sebenernya Mal, aku tu dah tau kalo kamu mau bakalan nembak aku, dan yang lebih lucunya lagi aku sama Alia tu ngerjai kamu”
“Apa... kamu tega ya ke’.”
“Tega, sebenernya aku tu mau jelasin kekamu sekarang, kalo aku dah punya pacar”
“Ka..ka...kamu udah punya pacar” Mampus akhirnya aku kelihatan sebagai manusia yang paling bodoh di depan Ineke.
Dan akhirnya, aku berjalan dengan seluruh tubuh yang rapuh dan lunglay tak berdaya, setelah dengar apa yang di ungkapkan oleh orang yang paling aku cintai selama dua tahun ini, terkadang cinta yang sudah kita persiapin dengan rapi, bisa menjadi rapuh. Dan terkadang cinta yang tulus bisa terlihat norak, sama halnya boneka kucing yang aku kasih kedia.
Chapter 4:
Gorilla Rabies
Hari ini ceritanya aku ngajak Yudi temen SMA kekebun binatang deket setasiun. Karena ada dua hal kenapa aku pergi kekebun binatang. Pertama, aku mau coba selfie sama Hanphone baru, yang kedua aku pengen deketin Yudi sama anggota keluarganya yang udah sepuluh tahun enggak ketemu sama dia. Hehe emang Yudi binatang.
Aku sama yudi udah mesen tiket masuknya dua hari yang lalu, soalnya kami menghindari buat ngantri, karena biasanya kalo wekend itu penuh. Kenapa kami maen ke kebun binatang? soalnya biaya buat masuk cukup murah, Cuma 10 ribu buat masuk, 2 ribu buat beli air mineral, 3 ribu buat gorengan, hehe sekalian ngirit jajan.
            Sebenernya mungkin kami berdua kalo dipikir-pikir lebih mirip kayak orang yang lagi pacaran dengan mesranya, berduaan sambil ngelihat binatang yang lagi di kasih makan, kami berdua saling nunjuk-nunjuk ke arah tempat yang sama, Makan gorengan sambil bergandengan, akhirnya kami kawin disitu dan Yudi hamil, tiba-tiba Yudi beranak dikandang singa. Kiding.
“Astaghfirullah....” Aku nyebut.
“Kenapa Mal, siapa yang mati?”       
“Aku barusan bayangin kalo kita pacaran” aku reflek bilang ke Yudi.
“Amit-amitlah Mal” Yudi jawab dengan ekspresi muka jijik.
“Lagian, kita jalan kesini pake berdua. Sama-sama jomblo juga!” aku bilang ke yudi ketus.
“Ya namanya persahabatan ya gini lha Mal, selalu bersama baik susah maupun seneng”
Sambil jalan kami berdua sambil ngelihat binatang-binatang yang ada disana, dikebun binatang mungkin enggak sama dengan kita jalan kepasar atau ke Mall, ya emang enggak sama lha. Kalo di pasar atau ke Mall kita belanja, kalo di kebun binatang mungkin kita lebih banyak buat belajar menyadari bahwa binatang pun butuh perhatian oleh orang-orang yang seperti kita. Dan kita pun menyadari bahwa kita juga butuh perhatian oleh orang lain.
“Ikmal, kamu tau enggak? makanan gorilla biasanya apa ya Mal?” Yudi nanya ke aku.
“Kamu mau ngasi makan ke Gorilla?” tanya ku ke Yudi.
“Enggak, Cuma nanya aja?”
“Buat apa nanya....!”
Yudi kelihatan banget kalo dia baru pertama kalinya maen kekebun binatang, soalnya setiap kami jalan melewati beberapa tempat yang ada  binatangnya dia langsung nanya soal makananya, jenis kelaminya mana yang cewek mana yang cowok, mana yang umurnya lebih tua atau yang lebih muda, bahkan sampe ukuran pinggul binatang yang dia lihat, dia tanya.
“Yud, kamu kok jadi labil gini?” aku bilang ke Yudi.
“Labil gimana? maksudnya?”
“Kamu kelihatan banget kalo enggak pernah kesini!”
Banyak hal yang aku temui dikebun binatang, dari mulai ngelihat orang yang lagi pacaran, bahkan ngelihat satu keluarga mulai dari Suam, Istri, dan anak-anaknya yang asyik sendiri dengan Handphone nya masing-masing, yang membuat sebagian orang tidak terlalu percaya dengan yang namanya cinta.
“Tunggu bentar” aku bilang ke Yudi dengan tatapan muka tepat di muka nya Yudi.
“Ada apa Mal?” Yudi nanya.
“Tolong Fotoin aku disini ya”
Tepat didepan kandang Gorilla aku coba foto disana, entah apa yang aku pikir, menurut aku foto di depan kandang Gorillah lebih terjamin keamananya di bandingin foto di depan kandang singa yang lagi kelaparan, lantaran belom makan tiga bulan.
Pas kami lagi asyik-asyiknya foto disana, banyak orang yang pada lihat kami berdua, mungkin mereka pikir kalo kami berdua merasa bahwa kami telah menemukan anggota keluarga kami yang telah hilang selama sepuluh tahun lamanya.
Sangking seneng nya foto-foto disana, tanpa kami sadari. Bahwa ternyata aku terlalu deket sama pager pembatas kandang Gorilla yang Cuma berjarak setenga meter dari tempat aku berdiri.
“Mal, kayaknya enggak usah terlalu deket dari kandangnya!” Yudi coba ngasi tau ke aku.
“Ah.. enggak juga. Lagian juga masih jauh”
“Kamu enggak takut dicakar atau digigit sama Gorillanya?”
“Emang Gorilla nyakar, palingan dia gigit Cuma dikit kok” aku bilang ke Yudi dengan ekspresi muka sombong.
Di dalem kandang ada tiga ekor Gorilla, sebenernya mungkin kayak satu keluarga ada Bapak, Ibu, sama anaknya. Si Bapak Gorilla terlihat agresif kalo ada orang yang deketi kandangnya, kalo anaknya Cuma bisa duduk- jalan di deket si Ibu Gorilla. Sebagian orang ada yang ngelemparin Semacam kacang buat ngasi makan tu Gorilla, padahal di deket kandang terpampang tulisan bahwa pengunjung dilarang buat ngasi makanan ke Gorilla.
Ada salah satu pengunjung yang tanpa sengaja ngelempari tu makanan Gorilla tepat di deket aku berdiri, pas aku lagi mau gaya-gayaan buat difoto. Gubrak!! Ternyata Bapaknya Gorilla dari belakang siap buat nangkep tu makanan dan tanpa disengaja.
“AAAAAAAAHRGKKHH.......AAAAAARGKHHHH” Aku tereak dengan penuh tanpa keraguan.
Semua orang mendadak ngelihat aku dengan ekspresi muka mereka masing-masing akibat di cakar oleh tu Gorilla dari belakang dengan kondisi badanku yang penuh dengan kesakitan.
Yudi mendadak diem, semua orang mulai perihatin, aku bayangin ada banyak orang yang deketi aku, dua orang pake baju putih-putih segera naikin aku ke Mobil berwarna putih yang diatas atep tu mobil ada lampu dan ada suaranya, ternyata itu Mobil AMBULANCE.
“Hah” aku kaget, karena aku sudah terbaring tak berdaya disebuah ruangan yang semuanya serba berwarna putih, aku berpakaian putih pula dengan motif garis-garis berwarna biru.
Terlihat ada sesosok manusia yang lagi duduk di samping tempat tidur, Yudi  temen seperjuangan,  dan akhirnya teman sepermainan.
“Kamu sudah Sadar Mal?” Yudi bilang ke aku dengan ekspresi muka prihatin.
“Aku lagi dimana sekarang?” aku tanya ke Yudi.
“Kamu lupa ya Mal? kamu sekarangkan lagi dirumah sakit, kamaren kamukan di cakar sama Gorilla, dan akhirnya kamu dibawa keruma sakit” Yudi coba jelasin yang sebenernya.
“Jadi, aku sekarang di Ruma sakit? dari kemaren? Jadi apa yang aku bayangin kemaren.... Tu beneran?”
“Iya Mal” jawab Yudi.
“Terus, kata Dokter kapan aku bisa pulang?”
“Kata Dokternya Mal, kamu mungkin baru bisa pulang besok”
“Besok?Kenapa?” Tanyaku ke yudi.
“Soalnya, kamu belum tuntas sembuh dari cakaran Gorillanya, karena efek dari infeksi bakteri yang ada dikukunya Gorilla, kamu bakalan demam menggigil” Yudi menjelaskan kejadian dengan gayanya.
“Kok jadi segitunya, ya?” Kataku dengan raut muka yang takut.
Keesokan harinya, akhirnya dokter sudah membolehin aku pulang, dan akhirnya juga aku bisa keluar dari rumah sakit dan aku coba buat menghirup udara segar dalem-dalem, karna udah 3 hari didalem rumah sakit terasa kayak disiksa, soalnya buat kencing aja susah.
“Yud, dirumah kamu ada pisang enggak?” Tanyaku ke yudi melalui Telepon.
“Enggak ada Mal..” Jawab Yudi dari sebrang sana.
“Ohh.. Enggak ada ya”
“Iya Mal, emang kamu lagi pengen pisang ya?” Tanya Yudi.
“Iya Yud, enggak tau kenapa aku sekarang jadi pengen makan pisang “ Bilangku ke Yudi.
Ada hal yang aneh terjadi dengan diriku, gara-gara kemaren habis masuk rumah sakit, aku jadi pengen makan pisang, pengen makanan yang sering dimakan oleh monyet sejenisnya. Mungkin gara-gara dua hari yang lalu akibat di cakar sama gorilla. Dana aku pikir mungkin hidupku sekarang sebagian dari mereka. Keluarga Gorilla.


















Chapter 5:
Permata Yang Hilang

Terkadang kita ingin diperhatikan oleh orang yang kita sayangi, meski orang yang kita sayangi mungkin tidak mengerti apa yang kita inginkan darinya. Dan bahkan kita tidak bisa mengerti bahwa ada orang yang menyayangi kita secara diam-diam.
Waktu SMA dulu aku sempet suka sama temen sekelas, namanya Maya. Jadi ceritanya waktu masih kelas X, dan baru-barunya mengenal dia(dibaca:Maya). Dan jujur, waktu itu sangat suka sama dia, juga sangat cinta sama dia(dibaca:Maya). Aku sering kali ngeliat matanya yang sangat indah, meski dia engak tau kalo aku terlalu gila buat mikirin Maya. Awal nya aku sempet cemburu sama dia, soalnya ada juga temen sekelas yang namanya Rido juga sempet deket sama Maya. Tiap kali ada waktu luang dikelas, lantaran lagi istirahat. Seringkali Rido deketin Maya, mereka saling berdekatan sambil ngobrol, ketawa bareng, dan seolah-olah mereka mempunyai hubungan yang khusus. Dalem hati yang gundah gulana ditambah sakit gigi yang udah dua hari yang lalu engak sembuh-sembuh, aku coba mikir gimana caranya aku bisa berada didekat Maya dan coba buat ngedapatkanya dengan seutuhnya. Semoga.
Hari Senin pagi, setelah selesai Upacara. Seperti biasa aku duduk dipojokan kelas, dengan sok kalemnya aku coba buat nyamanin diri saat Si Maya masuk kelas bareng sama temen-temenya yang laen. Aku ngelirik sebentar matanya si Maya, dan Maya juga bales lirikan itu sambil berjalan menuju tempat duduknya yang tepat berada di depan deket sama meja guru. Enggak lama kemudian Rido juga lewat tepat di depanya Maya, dan mereka saling ngelirik juga sambil senyum tipis manis manja lengkap semua. Memang, sebenernya kalo dibandingin  sama Rido, aku mungkin enggak ada apa-apanya, soalnya Rido tipikal Cowok yang bisa jadi sebagai Idaman para wanita yang ngeliat dia, dan kalo aku mungkin bisa jadi sebagai tisu toilet bagi wanita, sial.
Dalam hati yang mulai pengen ngarepin hadirnya sesosok makhluk berambut panjang yang sangat cantik wajahnya, dengan senyuman tipisnya yang bikin semua orang dibuat terlena oleh yang namanya Maya. Aku coba buat deketin Maya.
Aku berjalan dari arah ku duduk menuju tempatnya Maya, aku coba mikir buat gimana caranya bisa ngomong sama Maya, dan gimana caranya buat bisa bikin cerita lucu, yang mana bisa bikin Maya jadi enggak bosan pas ngomong sama aku.
Pas udah nyampek tepat di depan maya, aku duduk disamping Maya, kebetulan di sebelah maya ada bangku yang kosong.
“May, aku boleh duduk di sana enggak?” Tanya ku ke Maya sambil nunjuk ke arah bangku yang kosong dengan perasaan yang agak gerogi.
“Boleh” Dengan santainya Maya ngomong ke aku. Pertanda sebagai angin segar buat bisa ngomong sama Maya.
“May hari ni kamu kelihatanya bahagia sekali? emang ada apa ya May?” Tanya ku ke Maya.
Maya natap wajahku, mungkin dia saat itu lagi mikir. Soalnya mungkin agak aneh dan enggak biasanya ada cowok cupu, yang norak nanya tentang dia.
“Bahagia? emang kamu tau dari mana kalo aku lagi bahagia?” Maya nanya balik ke aku.
“Ya...Soalnya aku tau dari raut wajah kamu yang terlihat cerah, terus kamu kelihatan ceria banget pagi ini?” aku coba cari alasan, biar Maya enggak jadi bingung dengan apa yang aku bilang kedia.
“emmm, sebenernya enggak juga sih” kata Maya dengan ekspresi muka dibuat manja.
“Oh iya May, kamu mau enggak aku gambar?” tanyaku ke Maya dengan sedikit malu.
“Gambar?” tanya Maya
“Iya, gambar, terus nanti gambarnya bisa kamu bawa”
“Boleh” dengan nada  santai, Maya akhirnya mau aku gambar.
Beberapa menit kemudian akhirnya aku selesai juga gambar Bentuk wajahnya Maya, dan di dalam gambar, Maya kelihatan cantik, walaupun aku gambarnya Cuma pake pencil warna item. Kemudian aku nunjukin tu gambar ke Maya. Dan dengan senang hati maya ngelihat wajah nya sendiri di balik gambar. Dengan ekspresi mukanya Maya yang memang dari dulu selalu ceria, Maya Cuma bisa senyum-senyum sendiri.
Keesokan harinya, seperti biasa aku duduk dipojok kelas, sambil memegang kertas putih yang kosong dengan sebatang pensil kecil yang udah aku runcing. Lagi-lagi Rido telah Stand by di sebelahnya Maya, aku Cuma bisa diem, dalam hati mulai terasa, rasa yang mana tak akan relanya kehilangan dia(dibaca:Maya). Tanpa aku sengaja Maya melihatku, aku Cuma bisa diam, Maya pun kini tak seceria seperti biasanya. Aku melihat Rido, Rido masih berusaha untuk bicara dengan Maya, aku sadar, mungkin aku tak sepantasnya mendapatkan Maya. Dan aku mencoba untuk tidak lagi untuk dekat dengan Maya, dan aku mencoba mulai melupakan rasa yang mulai tak berdaya untuk melupakan Maya.
Dua tahun kemudian, aku Cuma bisa diam, hati makin menjadi, menjadi cinta dan takut akan kehilangan sesosok makhluk yang begitu indah, Maya. Hari terakhir di masa Putih abu-abu. Aku melihat Maya duduk di deket taman bunga yang ada tepat di sebelah lapangan bola kaki. Aku melangkahkan kaki ku yang mungil menuju ketempat Maya berada.
“Maya, kamu..kamu lagi apa disini?” Tanyaku ke maya,
“Ikmal, lagi duduk aja Mal, kamu sendiri ngapain kesini?” Maya nanya balik ke aku.
“Seperti biasa May, aku sering jalan-jalan aja disini” Kataku ke Maya dengan sedikit kikuk.
“Emmm, kebetulan juga aku baru pertama kalinya kesini, jadi aku enggak tau kalo kamu sering main disini” Kata Maya coba jelasin ke aku.
Sebenernya, ada rasa yang mungkin harus aku ungkapkan ke Maya, dan mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk ku ungkapkan tentang perasaan cinta yang makin menjadi ini, semua.
Tanpa rasa ragu sedikitpun aku mulai duduk berada tepat disebelah Maya. Maya Cuma bisa diam disaat aku berada di sampingnya. Aku lihat kearah wajahnya Maya.
“May, mungkin ada yang ingin aku tanyakan ke kamu?” Kataku sambil melihat tepat di wajahnya Maya.
“Tanya apa Mal?” Kata Maya sedikit heran.
“Kamu masih inget enggak, waktu kita masih kelas X dulu?”
“Masih inget la Mal, Soal apa?”
“Soal...Gambar yang aku buat kekamu”
Maya Cuma bisa diem dan seperti ada yang ingin dia ungkapkan kepada ku.
“Soal gambar, emang kenapa Mal?” Tanya Maya dengan sedikit memaksa.
“Jadi...Sebenernya May, aku...” kataku keputus.
“Jadi...Sebenernya May, dulu waktu kita kelas X, aku ...Sebenernya jatuh cinta sama kamu May, dan bahkan sampai sekarang pun aku masih merasakan hal yang sama ke kamu May” Tanpa sedikit pun keraguan aku mencoba mengungkapkan semuanya ke Maya.
“...” Maya Cuma diem. Dan terlihat raut wajahnya Maya seperti membenciku.
“Maaf May sebelumnya, mungkin aku tak pantas untuk mengatakan semuanya ini kekamu tapi... aku enggak bisa lagi nahan semua ini”
“Kamu jahat Mal, kamu jahat” Mendadak Maya ngomong ke aku. Dengan ekspresi muka sedikit sedih.
“Jahat kenapa May?” Tanyaku ke Maya, dengan rasa bingung.
“Sebenernya Mal, aku jauh dari apa yang kamu bilang, aku berharap semua ini terjadi di awal ketika aku mengenalmu” Kata Maya yang sambil memandang wajahku.
“Jadi, kamu juga ngerasa hal yang sama, terus..Rido?” Tanyaku ke Maya.
“Rido, kenapa?”
“Aku Cuma teman biasa dengan Rido, dan bahkan akupun tak ada rasa sedikit pun denganya, aku berharap kamu yang saat itu Mal”
“Jadi gimana May?” Tanyaku ke Maya dengan rasa detak jantungku yang terus berdekup begitu kencang. Tatapan mataku yang penuh harap.
“Maaf Mal, saat ini... aku tidak bisa ngerasakan hal itu lagi kekamu, dan aku mohon kekamu, jangan pernah berharap lagi dengan ku.” Kata Maya dengan pandangan matanya yang berbalutkan air mata.
Aku Cuma bisa diam. Aku mulai tak berdaya, untuk melangkahpun terasa lemah. Aku merasakan cinta yang begitu dalam, namun cinta itu telah menjadi setitik embun yang kemudian lenyap dimakan angin. Dan kini barulah aku mulai terasa kehilangan, Kehilangan cinta. Seindah permata.















Chapter 6:
Mungkin ketika kita ingat masa SD, kita sering ditanya oleh guru kita ’kalo sudah besar nanti mau jadi apa.....? cita-citanya mau jadi apa.....?’. Dan bahkan tidak sedikit  yang bilang ‘saya mau jadi dokter buk..., saya mau jadi guru buk..., saya mau jadi pilot pak...’. Tetapi itu semua hanyalah ungkapan yang mungkin disaat itu kita belum mengerti untuk segalanya, dimana saat itu belum ada rasa kecewa, yang ada pelukan dan kasih sayang yang diberikan oleh ibu kita dengan setulus-tulusnya.
Ketika kita sudah mengenal yang namanya cinta dan mengenal yang namanya patah hati, maka kita berkeinginan mempunyai cita-cita bagaimana caranya bisa membuat orang ketawa karena rasa kecewa, membuat semua orang tersenyum karena gagal, dan membahagiakan diri sendiri dari pengalaman yang ada. Cita-cita untuk membahagiakan orang lain adalah  keinginan untuk merubah dari hasil pengalaman yang didapati oleh kita sendiri.
Dan cita-citaku saat ini adalah untuk membuat semua orang tertawa, karena membuat semua orang bisa tertawa mungkin bisa bermanfaat untuk melupakan masalah yang didapati saat itu juga, namun pada kenyataanya itu semua sulit.
Jadi, seminggu yang lalu aku bertemu sama  seorang cewek yang bernama Keyla. Keyla sosok perempuan yang begitu manis, bentuk tubuhnya yang mungil, berambut hitam kecoklatan yang lurus, membuat aku jatuh cinta sama dia. Aku bertemu Keyla disaat seminar disebuah hotel, waktu itu aku bertemu dia pun tanpa disengaja. Jadi ceritanya waktu lagi mau masuk kesebuah hotel tempat kami seminar, tas miliknya Keyla terjatuh didepanku. Aku coba buat ngambil itu tas, dan akhirnya.
Disaat lagi mau ngambil itu tas, tanpa disengaja adegan romantis yang kayak difilm-film itu terjadi, kedua tangan kami saling bersentuhan, kemudian kami saling berpandangan, dan pada akhirnya aku nikahi dia, upss, kidding.
“Maaf enggak sengaja” aku bilang kedia.
“...” Keyla Cuma diem sambil senyum tipis.
Jujur, baru pertama kali ini aku bertemu dengan sesosok perempuan yang begitu manis, dengan baju berwarna merah muda, bibir yang merah merona, yang membuat seorang mahkluk kurus yang begitu bodoh ini jatuh cinta.
Setelah selesai seminar aku coba buat deketi dia buat cari tau siapa nama tu cewek sama minta nomor hapenya. Karna aku agak takut buat ngomong kedia, akhirnya aku nyuruh seseorang cewek buat minta nomernya.
Setelah pulang dari seminar, aku segera pergi kekamar, dengan perasaan yang seneng, lantaran aku udah tau nama tu cewek yaitu Keyla panjanganya Keyla Swift, dan aku juga dapet nomor tu cewek (baca:Keyla) yang saat itu belum aku kenal. Aku coba buat nelpon Keyla sekitar jam 8 malam, biasanya kalo jam segitu cewek lagi dikamarnya sambil nyantai makan keripik singkong.
Oke-oke. Sebenernya agak bingung juga buat ngomong sama cewek yang baru aku kenal, maklumlah soalnya ni cewek kayaknya mempunyai aura kharismatik yang berbeda.
“Hallo” Kataku melalui telepon, aku coba buat menghubungi nomernya Keyla pas udah masuk.
“Iya hallo, ini nomernya siapa ya...?” Keyla jawab telepon dari aku dengan nada suara yang sangat halus. Oh tuhan... kucinta dia..... kata Enji.
“Ini saya, ikmal” Kataku coba jawab ke Keyla. Tanpa ragupun aku nyebutin namaku dengan rasa pedenya.
“Ikmal? ikmal siapa?” Tanya Keyla bingung.
“Saya yang tadi ketemu kamu di hotel, waktu kita seminar, Aku yang bantuin kamu ngambilin tas” Aku coba jelasin ke Keyla dengan lancarnya.
“Oh, jadi kamu ikmal, emmm. Terima kasih ya, tadi udah bantuin aku”
“Iy..ya enggak apa-apa, itu sudah biasa” kataku dengan sedikit malu.
“Oh iya aku lupa, nama kamu pasti Keyla, bener kan?” Tanyaku
“Iya, bener” jawab Keyla.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Penulisan Chapter Report